KARAKTERISTIK BETON
Tahapan Kondisi Beton
Tahap Plastis
Ketika bahan-bahan beton pertama
kali dicampurkan, bentuknya menyerupai sebuah "adonan". Lunak,
encer, sehingga dapat dituang dan dibentuk menjadi bermacam-macam bentuk.
Tahapan ini dinamakan kondisi plastis. Beton harus dalam kondisi plastis pada
saat penuangan (pengecoran) dan pemadatan (kompaksi)
Karakteristik yang paling penting
di kondisi plastis ini adalah workability dan cohesiveness.
Kaki kita akan tenggelam jika
mencoba berdiri di atas beton yang masih dalam kondisi plastis.
Tahap Setting
Selanjutnya, beton akan mulai
mengeras dan kaku. Ketika beton tidak lagi lunak, dan mulai mengeras,
kondisinya dinamakan setting. Setting terjadi setelah kompaksi (pemadatan) dan
pemolesan akhir (finishing). Beton yang basah seperti becek akan lebih mudah
ditempatkan tetapi lebih sulit untuk dilakukan finishing.
Jika kita menginjakkan kaki di
atas beton yang sedang setting, kaki kita tidak akan tenggelam, tetapi jejak
kaki kita akan muncul di permukaan beton tersebut.
Tahap Pengerasan (hardening)
Setelah melalui tahap setting,
beton mulai mengeras dan mencapai kekuatannya. Karakteristik yang ada pada
tahap ini adalah kekuatan dan durabilitas (daya tahan).
Kaki kita tidak akan meninggalkan
jejak jika diinjakkan di atas beton yang sudah mengeras.
WORKABILITY
Workability adalah kemampuan
untuk dilaksanakan atau dikerjakan, yang meliputi bagaimana beton itu mudah
untuk dibawa dan ditempatkan di mana-mana, mudah dikerjakan, mudah dipadatkan,
dan mudah untuk dilakukan finishing.
Beton yang cenderung
"kering" alias kekurangan air tentu saja agak susah dibentuk, susah
dipindahkan, bahkan nantinya susah difinishing. Kalo tidak dibangun dengan
benar, beton tersebut tidak akan kuat dan tahan lama.
Workability beton dapat diuji
dengan melakukan slump test. Pengujian ini akan dibahas di bagian ke-3.
Apa saja yang mempengaruhi
workability?
- Jumlah semen pasta (adukan
semen). Semen pasta adalah campuran semen dan air. Semakin banyak pasta semen
yang dicampur dengan aggregat kasar dan halus, maka semakin besar
workabilitynya.
- Tingkat gradasi aggregat. Well-graded (tergradasi
dengan baik), permukaan halus, dan bentuk cenderung bulat cenderung
meningkatkan workability dari campuran beton.
Untuk meningkatkan workability,
dapat dilakukan dengan
- Menambah pasta semen (air + semen)
- Menggunakan well-graded aggregat
- Menggunakan admixture
Warning!! Sebaiknya hindari peningkatan
workability dengan menambahkan air saja, sebab dapat menurangi
kekuatan dan daya tahan beton.
KEKUATAN DAN DAYA TAHAN.
Beton yang baik terbuat dari
material yang kuat dan tahan lama secara alami. Maksudnya, jika material
pembentuk beton sudah kuat dan tahan, bisa dijamin beton yang dihasilkan juga
lebih kuat. Ciri-cirinya beton yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi
adalah: padat, kedap air (tidak berpori), tahan terhadap perubahan suhu, dan
tahan terhadap keausan dan pelapukan.
Kekuatan dan daya tahan saling
berhubungan. Semakin tinggi kekuatan (mutu) beton, semakin tinggi pula daya
tahannya.
Beton yang baik sangat penting
untuk melindungi besi tulangan yang ada di dalam inti beton. Kekuatan beton
biasanya diukur dengan Uji Kekuatan Beton. Tentang pengujian ini juga akan
dibahas di bagian ke-3.
Kekuatan dan daya tahan sangat
ditentukan oleh:
- Pemadatan. Pemadatan
ini betujuan untuk menghilangkan udara yang ada di dalam beton. Tentu saja
pemadatan ini dilakukan ketika beton masih cair.
- Pemeliharaan
(Curing). Curing adalah "membasahi" beton yang sudah
setting (keras) untuk beberapa waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
mengurangi penguapan air yang berlebihan, sehingga air yang ada di dalam
campuran beton dapat bereaksi secara optimal. Semakin lama proses curing,
semakin tinggi daya tahan beton yang dihasilkan.
- Cuaca. Cuaca
yang agak hangat dapat membuat beton mencapai kekuatan yang tinggi dalam waktu
yang tidak lama.
- Tipe
Semen. Tipe semen yang berbeda juga berpengaruh terhadap kekuatan dan daya
tahan beton.
- Rasio
air terhadap semen, biasa disebut w/c ratio. Kebanyakan air atau
kekuarangan semen dapat mengakibatkan beton menjadi tidak kuat dan tentu saja
tidak tahan lama. W/C ratio adalah perbandingan BERAT air terhadap BERAT semen.
Karena berat 1 liter air sama dengan 1 kg, maka orang lebih banyak menggunakan
perbandingan VOLUME air (dalam liter) terhadap BERAT semen (dalam kg).
SAMPEL BETON UNTUK PENGUJIAN
Ada dua pengujian yang utama yang
dilakuan terhadap beton, yaitu :
- SLUMP Test. Slump Test
bertujuan untuk menunjukkan Workability atau istilah bakunya kelecakan
(seberapa lecak/encer/muddy) suatu adukan beton.
- COMPRESSION
Test atau Tes Uji Tekan. Tes Uji Tekan ini
bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton tersebut.
Test Uji Tekan ini tentu saja dilakukan pada saat beton sudah mengeras.
Test tersebut harus selalu
dilakukan dengan hati-hati. Test yang kurang memperhatikan prosedur yang baik
dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat.
SAMPLING
Langkah pertama adalah mengambil
sampel atau contoh dari batch beton, misalnya dari truk beton atau truk
ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin dilakukan begitu truk
sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi, bukan di
Batching Plant, yaitu tempat dimana truk ready mix mengambil dan mencampur
bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua
cara:
Untuk persetujuan boleh dipakai
atau tidak, sampel diambil setelah 0.2 meter kubik beton sudah dituang (dicor)
terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu sebanyak 0.2 m kubik, kemudian
diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja
dikembalikan. :D
Untuk pengecekan rutin: sampel
diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam truk.
SLUMP TEST
Tujuannya adalah memastikan bahwa
campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan tidak terlalu keras. Slump yang
diukur harus berada dalam range atau dalam batas toleransi dari yang
ditargetkan.
Peralatan
- Slump cone standar (diamter atas 100 mm,
diameter bawah 200 mm, dan tinggi 300 mm)
- Sekup kecil
- Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter
16 mm)
- Penggaris/mistar/ruler
- Papan slump (ukuran 500×500 mm)
Prosedur
Bersihkan cone. Basahi permukaannya
dengan air, dan tempatkan di papan slump. Papan slump harus bersih, stabil
(tidak mudah bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring.
Ambil sampel beton
Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari
cone dengan sampel. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk beton
sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar ke bagian tengah.
Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya
sampai ke bagian atas lapisan pertama. Bukan ke dasar cone.
Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan
kedua.
Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan batang besi.
Bersikan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan
lepaskan pijakan.
Angkat pelan-pelan cone tersebut. Jangan sampai sampel bergerak/bergeser.
Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan batang besi di atas
cone yang terbalik tersebut.
Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.
Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel
lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton
tersebut boleh ditolak.
UJI KUAT TEKAN
Uji kuat tekan bertujuan untuk
mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah mengeras. Test ini dilakukan di
laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi proyek (off-site). Yang bisa
dilakukan di lokasi (site) hanyalah membuat atau mencetak beton silinder untuk
diuji. Kan, sampelnya ada di site. Tidak boleh membawa sampel ke laboratorium,
kemudian masukkan ke cetakan silinder. Cetakan silinder harus disediakan di
lokasi proyek.
Kekuatan beton dapat diukur dalam
satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm2. Kuat tekan ini menunjukkan mutu
beton yang diukur pada umur beton 28 hari.
Peralatan Pembuatan Sampel
- Tabung/silinder cetakan (diameter 100mm x 200mm
H, atau diameter 150 mm x 300 mm H)
- Sekup kecil.
- Batang besi silinder (diameter 16 mm, panjang
600 mm)
- Pelat baja sebagai dudukan
Prosedur Pembuatan Sampel Silinder
Bersihkan cetakan silinder dan
lumuri permukaan dalamnya dengan form oil, agar adukan beton tidak menempel di
permukaan metal dari cetakan tersebut.
Ambil sampel adukan beton.
Isi 1/2 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemadatan dengan cara
rodding sebanyak 25 kali. Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar.
Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding
25 kali sampai ke atas lapisan pertama.
Ratakan beton yang meluap, dan bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang menempel
di sekitar cetakan.
Beri label. Letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting
sekurang-kurangnya selama 24 jam.
Buka cetakan dan bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat
tekan.
Sumber
: http://sipilengineeringust.blogspot.co.id/2012/06/dasar-dasar-beton-karakteristik-beton.html
Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25 kali sampai ke atas lapisan pertama.
No comments:
Post a Comment