Sunday, November 8, 2015

Lihat Lebih Dekat, Bosscha Observatory

“Mengapa bintang bersinar
Mengapa air mengalir
Mengapa dunia berputar
Lihat segalanya lebih dekat
Dan kau akan mengerti”
Sepenggal lagu favorit di masa kecil, soundtrack film Petualangan Sherina yang begitu digandrungi oleh anak-anak pada masanya termasuk saya. Di awal tahun 2000-an film ini cukup menarik perhatian anak-anak dalam berbagai hal, baik itu lagu-lagunya, kisah petualangannya, maupun kisah persahabatannya. Namun, ada hal lain yang membuat saya begitu tertarik pada saat itu yaitu sebuah bangunan megah yang beratapkan kubah dan dilengkapi dengan berbagai macam teleskop, Observatorium Bosscha.



Sedikit mengungkit sejarah Observatorium Bosscha, tempat ini merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Bosscha dibangun oleh NISV (Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging) yang dipelopori oleh Karel Albert Rudolf Bosscha yang mencetuskan ide dibangunnya observatorium bintang pada tahun 1920. Sebagian besar bangunan Bosscha sudah selesai pada tanggal 1 Januari 1923 dan pada tahun 1928 observatorium sudah mulai beroperasi. NISV resmi menyerahkan bangunan ini kepada pemerintah RI pada tanggal 17 Oktober 1951.

Sumber : dokumentasi pribadi

Bosscha terletak di Lembang, Jawa Barat sekitar 15 km dari pusat kota Bandung. Tempat ini berada pada ketinggian 1310 m di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung dan berdiri di atas tanah seluas 6 hektar. Bentuk bangunan ini sangat unik karena beratapkan kubah dan dinding yang membentuk lingkaran. Untuk menghasilkan rancangan dengan bentuk geometri seperti ini memerlukan pertimbangan lebih karena bangunan ini dimaksudkan untuk peneropongan bintang. Bentuk ini dipilih agar dapat mewakili fungsi utamanya secara maksimal. Prof. Ir. C. P. Wolff Schoemaker sebagai arsitek bangunan ini memperlihatkan bahwa ia mengolah bentuk geometri ini dengan maksud agar sinar matahari yang jatuh pada bangunan terlihat estetis melalui kolom-kolom yang menonjol di bagian bawahnya serta elemen-elemen garis pada landasan kubah.
Observatorium ini mempunyai luas sekitar 225 m2, dengan ketinggian 15 m dari permukaan tanah, serta memiliki lebar bangunan sekitar 15 m. Atap yang berbentuk kubah memiliki bobot sekitar 56 ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm. Atap kubah ini dapat berputar sehingga kita dapat melihat bintang melalui teropong ke segala penjuru arah. Atap ini juga dapat dibuka di bagian teropong Zeiss berada. Lantai bangunan ini mempunyai berat sekitar 12 ton dan dapat di atur ketinggiannya dengan menggunakan motor listrik yang terletak di bawah lantai tersebut.



Dilihat dari bagian luarnya, bangunan tersebut memiliki bahan penyusun utama berupa beton dan baja. Di bagian bawah merupakan konstruksi beton bertulang yang didesain dapat tahan terhadap gempa. Bagian dindingnya kemungkinan memakai batu kali karena bangunan ini merupakan bangunan pada zaman penjajahan kolonial Belanda. Sedangkan bagian atas yaitu atap yang berbentuk kubah terbuat dari baja. Sedangkan material lain yang digunakan ialah kayu yang terdapat pada bagian pintu dan jendela, kaca pada bagian jendela, dan tegel sebagai lantai. Perkiraan proporsi dari bahan-bahan konstruksi tersebut adalah 40% beton bertulang, 25% baja, 15% batu kali, 10% tegel, 8% persen kayu, dan 2% kaca.
Dari beberapa material konstruksi yang telah di sebutkan, berikut ini merupakan proses pembuatan dua material dari material-material tersebut yaitu tegel dan kaca.

Proses pembuatan Tegel
1.       Persiapan campuran semen
Semen, mil, serta pewarna semen dicampur merata menggunakan tangan agar warna dapat tercampur dengan sempurna. Lalu diayak dengan ayakan halus
2.       Menuang bubur semen (lapisan pertama)
Memasang cetakan yang terbuat dari lembaran kuningan (bentuknya seperti cetakan roti kering, atau sedikit mirip dengan cap batik) ke dalam cetakam baja yang bisa tahan tekanan beberapa ton pada proses pengepresan . tuangkan adonan bubur semen berwarna ke dalam tiap ruangan cetakan menurut warna yang diinginkan. Setelah mengisi semua ruang, cetakan motif diambil dari cetakan baja.
3.       Menabur campuran semen kering (lapisan kedua, ketiga, keempat)
Memberi lapisan kedua, ketiga, dan keempat dengan campuran dan ukuran yang berbeda.
4.       Menutup cetakan
Setelah diberi semua bahan untuk 4 lapisan, cetakan baja ditutup.
5.       Pengepresan
Pres dengan tekanan mesin hidrolis
6.       Pengambilan tegel dari cetakan
Cetakan baja dibuka dan diambil tutupan dan kalungannya. Ambil tegel yang baru dipres yang masih basah dan labil. Proses ini sangat butuh keahlian dan ketelitian. Kalau bukan tukng tegel yang ahli kemungkinan besar akan rusak pada proses pengambilan tegel ini.
7.       Pengeringan pertama
Sementara ditaruh rak.
8.       Perendaman air
Tegel yang setengah kering dimasukkan ke dalam bak air dan dibiarkan selama beberapa hari sampai satu minggu. (proses ini harus dilalui karena di dalam air ada proses yang membuat tegel itu menjadi sangat keras)
9.       Pengeringan kedua
Tegel yang sudah mengeras diambil dari bak air dan ditaruh rak yang teduh. (karena proses pengeringan lebih bagus tidak terlalu cepat)
10.   Finishing
Gosok sudut-sudutnya pakai amplas. Tegel siap digunakan.


Proses pembuatan kaca
Secara skematis proses pembuatan kaca atau gelas dapat digambarkan sebagai berikut:

1.      Persiapan bahan baku (batching)
Pada tahap ini dilakukan penggilingan, pengayakan bahan baku serta pemisahan dari pengotor-pengotornya. Serbuk bahan baku ditimbang sesuai komposisi, termasuk bahan-bahan aditif lain yang diperlukan seperti zat pewarna atau zat-zat yang sesuai dengan produk kaca yang dikendaki. Pengadukan campuran bahan baku dalam suatu mixer hal ini dilakukan agar campuran menjadi homogen sebelum dicairkan.
Komposisi dari bahan-bahan penyusunnya adalah sebagai berikut :
Bahan
Komposisi (%)
Pasir Silika
72,6
Natrium Karbonat
13,0
Kalsium Karbonat
8,4
Dolomit
4,0
Alumina
1,0
Lain-Lain
1,0
2.      Pencairan (melting/fusing)
Bahan baku yang sudah homogen, diayak dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tungku (furnace) bersuhu sekitar 1500oC sehingga campuran akan mencair. Selama proses pencairan, masing-masing bahan baku akan saling berinteraksi membentuk reaksi-reaksi kimia berikut :
1.     Reaksi-reaksi penguraian
2.     Na2SO3   à   Na2O     +       CO2                                                                
3.     CaCO3    à  CaO        +       CO2                                                            
4.     Na2SO4   à  Na2O               +     SO2
5.     Reaksi antara SiO2  dengan Na2CO3 pada suhu 630 – 780oC
6.     Na2CO3   +     aSiO2     à     Na2O.aSiO2      +  CO2                      
7.     Reaksi antara SiO2  dengan CaCO3 pada suhu 600oC
8.     CaCO3    +     bSiO2     à     CaO.bSiO2        +  CO2                     
9.     Reaksi antara CaCO3  dengan Na2CO3 pada suhu di bawah 600oC
10.  CaCO3    +     a2CO3     à     Na2Ca(CO3)2                                         
11.  Reaksi antara Na2SO4 dengan SiO2 pada suhu 884oC
12.  Na2SO4   +     nSiO2     à     NaO.nSiO2        +  SO2 +    0.5O2
13.  Reaksi utamaaSiO2 + bNa2O + cCaO + dMgO   à  aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO
                                                                              Leburan kaca
Tungku sebagai tempat mencairkan campuran bahan baku kaca atau gelas, terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
·         Pot furnace
Biasanya dipakai untuk menghasilkan kaca-kaca khusus (special glass) seperti kaca seni, kaca optik dengan skala produksi yang kecil sekitar 2 ton atau lebih rendah. Pot terbuat dari bata silica-alumina (lempung) khusus atau platina.
·         Tank furnace
Digunakan pada industri gelas skala besar dan terbuat dari bata refraktori (bata tahan panas). Furnace ini mampu menampung sekitar 1350 ton cairan gelas yang membentuk kolam di jantung furnace.
·         Regenerative furnace
3.      Pembentukan (forming/shaping)
Bahan kaca atau gelas yang berbentuk cair lalu dialirkan ke dalam alat-alat yang berfungsi untuk membentuk kaca padat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa jenis proses pembentukkan kaca, di antaranya adalah :
Ø  Proses mekanik :
a.       Proses Fourcault
Bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah bagian yang dinamakan “debiteuse”. Bagian ini terapung di permukaan kaca cair dengan celah sesuai dengan ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas debiteuse terdapat bagian sirkulasi air pendingin yang akan mendinginkan kaca hingga 650 – 670oC. Pada suhu tersebut kaca berubah menjadi pelat padat dan akan bergerak dengan didukung oleh roda pemutar (roller) yang menarik kaca tersebut ke atas. Gambar di bawah ini melukiskan skema proses Fourcault.
b.      Proses Colburn (Libbey-Owens)
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka pada proses Colburn kaca akan bergerak secara vertical kemudian diikuti gerakan horizontal setelah melewati roda-roda penjepit yang membentuk leburan gelas menjadi lembaran-lembaran.
c.       Proses Pilkington (float process)
Bahan cair dialirkan ke dalam sebuah kolam berisi cairan timah (Sn) panas. Kecepatan aliran bahan cair ini merupakan pengatur tebal tipisnya kaca lembaran yang akan diproses. Kaca akan mengapung di atas cairan timah karena perbedaan densitas di antara keduanya. Kaca ini tetap berupa cairan dengan pasokan panas yang berasal dari pembakar di bagian atas kolam. Pengendalian temperatur di dalam kolam dilakukan agar kaca tetap rata di kedua sisinya serta pararel. Bahan yang biaanya digunakan untuk keperluan ini adalah gas nitrogen murni. Selanjutnya, aliran kaca melewati daerah pendinginan (masih di dalam kolam) dan keluar dalam bentuk kaca lembaran bersuhu ±600oC.
Ø  Proses tiup (blow)
Proses ini digunakan untuk membuat botol kaca, gelas kemasan, atau aneka bentuk kaca seni lainnya.
4.      Annealing
Fungsi tahapan ini adalah untuk mencegah timbulnya tegangan-tegangan antar molekul pada kaca yang tidak merata sehingga dapat menimbulkan kepecahan. Proses annealing kaca terdiri dari 2 aktivitas, yaitu :
·   menahan kaca dengan waktu yang cukup di atas temperatur kritik tertentu untuk menurunkan regangan internal
·   mendinginkan kaca sampai temperatur ruang secara perlahan-lahan untuk menahan regangan sampai titik maksimumnya.
Proses ini berlangsung di dalam “annealing lehr”. Untuk jenis kaca lembaran, annealing lehr ini dilewati oleh kaca-kaca yang bergerak di atas roda berjalan.
5.      Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)
Beberapa proses penyelesaian akhir pada industri gelas adalah cleaning and polishing, cutting, enameling, dangrading.

Sumber :



No comments:

Post a Comment